Minggu, 02 Agustus 2015

Kenapa TMII Tetap Menarik Dikunjungi

MINIATUR Indonesia yang sebenarnya. Itulah kesan saya saat mengunjungi Taman Mini Indonesia Apik (TMII) tiga musim kemudian. Tepatnya saat menghadiri Pameran Filateli yang dilangsungkan Kompasianer Christie Damayanti di 16 Agustus 2012. Bagi saya, TMII bukanlah lokasi rekreasi yang asing. Sebab, mulai kecil saya telah berulang mengunjungi taman berwisata yang diresmikan Ibu Tien Soeharto dalam 20 April 1975 ini.

Teranyar, saya jadi saksi saat Kompasiana mengadakan HUT ke-6 pada 22 November lalu. Kebetulan, di aktifitas yang bertajuk Kompasianival: Perheletan Untuk Indonesia ini bertempat dalam Gedung Sasono, TMII. Jadi, saya memperoleh dominan gossip soal TMII. Bagus ini saat mengunjunginya juga, bersama keluarga, rekan Kompasianer, dengan dengan orang terdekat. Hingga, terlintas pertanyaan dari dalam hati. Kenapa harus menuju TMII?

Jawabannya, pasti saja gampang. Salah satunya adalah faktor biaya yang relatif terjangkau juga tempatnya strategis. Ya, TMII dapat diberitahukan sebagai satu diantaranya kawasan wisata yang paling dominan dikunjungi publik luas. Bukan cuma warga DKI Jakarta saja. Melainkan, dari semua penjuru Tanah Air.

Bahkan, pelancong global pun demikian antusias mengelilingi lokasi rekreasi keluarga seluas kira-kira 150 hektar tersebut. Itu sebab TMII juga ditujukan untuk memperkenalkan Indonesia bagi bangsa-bangsa lain pada global.

Maklum, berdasarkan sejarahnya, TMII dibangun demi mengenalkan buat seantero publik di nusantara tentang Indonesia yang seutuhnya pada versi mini.

Selain Teater Keong Mas, segala taman, museum, dan media rekreasi, di TMII begitu juga terdapat anjungan daerah yang mewakili 33 provinsi dalam Indonesia. Jadi, melalui tak langsung, kamu sukses mengetahui keanekaragaman suku dengan budaya yang berada dalam Tanah Air yang turut merekatkan pengunjung dan budaya bangsa itu.

Misalnya, saya yang ingin tahu mengenai adat istiadat Minangkabau, dapat bertandang ke anjungan Sumatera Barat (Sumbar). Dalam anjungan itu, terdapat Rumah Gadang khas Sumbar yang setiap hari buka dalam pukul 08.00-18.00 WIB.

Pada dalam balairung, kita dapat menyaksikan rekor Minang dan dan segala event kesenian yang ada. Termasuk disajikannya beraneka aspek tradisional meliputi busana adat, pelaminan pengantin, kain Songket Silungkang, serta seperangkat sarana musik Talempong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar